Di usianya yang buta,
Ia disambut dengan penuh resah dan tanya
Khawatir menyaru dalam suasana suka
Tubuh rapuhnya ditimang tangan-tangan yang kelak akan menjadi korban
Dari perbuatan setan manusia yang disesatkan
Di usianya yang belia,
Ia dikenalkan pada perpisahan dan kehilangan
Ia menyusu pada duri-duri yang muncul dari bantal
Dibiarkan gadis ini bermimpi seram tentang sebuah situasi bernama kesepian
Bisu adalah bahasa yang pertama kali ia pelajari
Tangis adalah hukum yang tidak boleh ia langgar
Di usianya yang belasan,
Dia penuh dengan belas kasihan
Sebab menyadari bahwa ia tak pernah merasa hangat sebelum tidur
Juga tak pernah merasa aman ketika terbangun
Ia miskin rasa cinta, kerinduan dan keikhlasan
Di tangannya hanya ada bekal belati tajam untuk menyayat diri sendiri
Katanya gadis ini harus kuat apapun tekanannya
Gadis ini harus tunduk apapun aturannya
Gadis ini tak boleh memegang hal lain selain belati
Ketika genap kepala dua,
Gadis ini tak lagi manis pada diri sendiri, pada rumah, pada pagar, pada apapun di depannya
Ia tersangkut di ujung anak panah yang siap menggiringnya ke neraka
Sumpah serapah tak terbendung jadi asupan yang membuatnya muntah
Ia tak bisa menjadi gadis yang dicintai lelaki idamannya
Sebab tak ada ceria dan bunga-bunga di halamannya
Kelam... Kelam... Kelam...
Hanya itu dunia yang disuguhkan
Pada tangga ke 22, ia tak kunjung mampu memaafkan luka
Ia belajar banyak tapi membuang semua makna
Gadis berlumur serapah terus menyeret hidup tanpa jeda
Ia mati rasa pada dunia nyata, pada yang tiada dan kepada yang ada.