Sajak/Puisi/Cerpen/BarokahPost

KOMANDAN : Kalimat Teruntuk Kamu (ending)

by - April 13, 2018



Kamis, 12 April pukul 00.30 dini hari

   "Bisakah gue kembali mencoba wel? Gue udah lama nunggu hari dimana gue bisa ngobrol lagi kaya gini sama elu wel," malamku terasa lebih menegangkan dari biasanya, disamping aku sibuk memikirkanmu ternyata di luar sana ada yang sedang memikirkanku; dia menungguku setahun lamanya lalu kembali datang untuk mencari kesempatan yang kedua. Ironinya, saat ini aku benar-benar tidak bisa menerima siapapun. Segalanya masih tentangmu Komandan, bahkan jika saat ini aku benar-benar terluka atas sikapmu yang bertentangan dengan ucapanmu, aku masih merindukan kehadiranmu di setiap hari-hariku, aku merindukan sapaan hangatmu, aku merindukan tawa candamu, aku merindukan cara kita bicara, dan aku masih terus menunggu hingga rindu itu hilang dalam setiap keraguan. Aku rindu kau yang dulu "ingin" menghubungiku, bukan kau kini yang "mau tidak mau" harus menghubungiku. Cih, aku benar-benar bodoh.
   "Apa? Lu masih nunggu gue? Selama itu? Gue pikir elu udah bener-bener ilang rasa pas gue mutusin menjauh dari elu dan gak bisa ngebales perasaan elu taun kemarin" balasku.
   "Gue nggak peduli seberapa lama lu pergi dan seberapa kuat elu berusaha ngehindar dari gue, rasa ini masih ada buat elu wel," aku sulit mencerna kalimatnya, aku tidak tahu apa maksudnya mengatakan itu.
   "Seandainya elu tau wel, waktu lo ngilang gue bener-bener kehilangan lu banget, dulu elu selalu ada di hari-hari gue, terus lu tiba-tiba pergi gitu aja tanpa pamitan, ngga enak rasanya tau! Nyebelin lu Wel" lanjutnya, ketika dia mengatakan itu, segala yang aku pikirkan adalah situasi yang aku alami saat ini denganmu. Ini seperti De Javu, aku kini merasakan apa yang dia rasakan dahulu, aku pernah membuat seseorang sebegitu sekaratnya karena aku dan kini aku merasa sekarat karena kau menghilang.
  "Maaf Galih.. Gue gak bermaksud membuat elu berharap lebih, gue nganggep elu tuh kaya cees gue banget dulu," jika aku ingat kedekatanku dengannya tahun kemarin, aku tidak benar-benar merasa menjadi seperti kau saat ini. Aku memang berkomunikasi dengannya dengan baik, tapi setidaknya aku tidak menyuapinya kalimat-kalimat yang menjanjikan dan membuainya.
   "Iya gue tau kita emang cees-an, tapi gue sadar makin hari gue makin nyimpen rasa ke elu, gue ngga mau kehilangan elu lagi kaya taun kemarin wel. Bisa ngga gue minta elu jangan pergi mulai dari sekarang? Jangan ngilang dari hidup gue lagi, please." dia benar-benar memintaku untuk tinggal, tetapi justru aku malah semakin ingin pergi darinya. Aku takut memberikan harapan kosong lagi kepada seseorang, sudah cukup aku rasakan luka karena berharap kepadamu, aku tidak ingin membuat orang lain terluka lagi karena aku.
   "Gue  nggak tau lih, saat ini suasana hati gue lagi ngga baik," kataku.
   "Gue bakal berjuang buat dapetin elu wel, elu kenapa?" tanyanya, "Gue baru aja kehilangan seseorang yang pernah ngisi hari-hari gue, lebih tepatnya dia menghilang begitu saja si wkwk."
   "Bego tu cowo! Ngilang dari cewe kaya elu, seandainya gue yang elu pilih dari dulu, gue ga akan pernah mau ninggalin elu wel" aku bisa merasakan ada sedikit luka di dalam kalimatnya karena sikapku dulu, "dia juga ngomong hal yang sama kaya elu kampret, bilangnya bakal stay sama gue, malah awalnya dia yang minta gue buat stay sama dia, sampe bikin gue berharap jauh.. Ehh di tinggalin juga kan akhirnya hahaha" aku tidak tahu lagi bagaimana percakapan yang serius itu, aku merasa segala yang terjadi adalah kekonyolan belaka.
   "Beruntung banget tu cowo bisa bikin elu sampai berharap wel, bego banget dia ninggalin lu."
   "Gue kaga mau percaya lagi sama kata-kata manis, hatam dah gue sama gombalan sedahsyat apapun, gue nya juga si bego maen percaya secepat itu, trauma gue hahaha" begitulah kataku kepada Galih, "Iye iye biar gue aja yang ngilangin rasa traumanya, biar gue yang nyembuhin luka elu, biar gue yang menggapai tangan lu, stay disini, gue nggak mau kesalip dua kali." Balasnya, aku tidak bisa membedakan lagi mana dusta mana nyata. Saat ini bagiku kata-kata hanyalah kiasan belaka, dan janji adalah penenang sementara.
   Setelah segala usahanya mengembalikan rasaku, aku memutuskan untuk memintanya berhenti. Aku tidak akan pernah bisa membalas rasanya sekeras apapun dia memaksa untuk tinggal. Aku putuskan untuk tidak lagi membuka pintu ini secepat seperti hari kemarin aku membukakan pintu untukmu. Lalu dengan berat hati dia pun mengikuti perkataanku untuk berhenti memperjuangkan perasaannya terhadapku dan berpamit pergi.

"It hurts me every time i see you.
I hate you, I love you
I hate that I love you
Don't want to but I can't put nobody else above you.
I miss you when I can't sleep
Or right after coffee
Or right when I can't eat, do you miss me like I miss you?"
Gnash - I Hate You I Love You

Bagaimana jika aku ingin kamu yang menemani langkahku? 
   Ketika aku baru mulai memakai sepatu untuk berjalan bersamamu, kau sudah berjalan lebih dulu. Kau sama sekali tidak menunggu langkah kakiku dan langkah kakimu terlalu panjang. Aku tidak akan bisa menyesuaikan langkah kakiku dengan milikmu, kau terlalu jauh untuk aku gapai. Aku hanya melihat punggungmu dari kejauhan, namun kau sama sekali tak menoleh ke arahku dan terus berlalu. Aku ingin balik bertanya, jadi untuk apa kau memintaku menemani harimu dan langkahmu saat itu jika pada akhirnya kau yang meninggalkan aku?


Aku tidak pengecut seperti lelaki di masa lalumu.
   Apa ini tidak terlalu lucu? Kau pikir dengan datang menemuiku sekali saja kau layak disebut pemberani? Lalu mengapa kau tidak pernah membalas pesanku dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sialanku? Mengapa kau menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya terhadapku? Kau takut menyakitiku atau apa? Kebisuanmu lebih membuatku terluka daripada kejujuran hatimu.
   Jika kau tidak menginginkan kehadiranku lagi, maka sisakan aku sepatah kata, jangan hanya diam dan pergi begitu saja. Aku tidak masalah kehilangan seseorang yang telah berusaha menghilangkan aku dari hidupnya. Aku akan pergi dengan lapang dada jika kau terbuka. Aku kehilangan dua orang yang lebih berarti dari dunia dan seisinya bagiku dan aku masih bisa bertahan dengan baik. Datang membawa pengharapan lalu pergi tanpa kejelasan, bukankah itu sama saja dengan sikap pengecut?

Mana mungkin aku berani melukai bidadari yang seharusnya dijaga perasaaanya sepertimu.. Haram membuatmu kecewa apalagi menangis.
   Tidak kah kau sadari perkataanmu itu? Tidak kah kau berpikir akan seberapa membekasnya ucapan-ucapanmu yang terlihat sangat meyakinkan itu? Kau seorang laki-laki, sanggup kah kau memegang perkataanmu dan membuktikannya?
   Apa menurutmu hatiku akan baik-baik saja melihat kau memasang foto bersama seorang wanita dengan wajah sumringahmu itu? Kau sebarkan foto kalian berdua tanpa peduli akan perasaanku disini melihatnya. Aku meminta kau menjaga perasaanku? Tidak sama sekali. Dirimulah yang berkata akan menjagaku dan tidak akan melukai perasaanku, ingat itu? Aku memang tidak berhak mengatur apa yang ingin kau bagikan dan kau tunjukkan kepada semua orang, tapi aku merasa berhak meminta pertanggungjawaban atas ucapanmu hari kemarin. Karena kalimatmu tertuju padaku.

Aku memanggilmu Ibu karena kelak kamu lah yang akan menjadi ibu dari anak-anakku.
   Cih, aku mulai muak dengan kalimat klise semacam itu. Siapa kah si bodoh di dunia ini yang masih mengunyah kalimat naif seperti itu? Jangankan sampai ke tahap dimana kau menjadikan aku masa depanmu, untuk mempertahankan aku saat ini pun kau tidak bisa.

Aku semakin menyayangimu, aku takut kehilanganmu, aku takut kau memilih yang lain.
   Aku juga menyayangimu, aku juga tak mau kehilanganmu, bahkan aku takut kelak bukan aku lah yang kau pilih. Sekarang apa? Semua kalimat itu tidak ada artinya. Faktanya kau tidak benar-benar menyayangiku, faktanya kau yang menghilang dariku, dan pada akhirnya kau akan melupakan aku dan memilih bersama yang lain. Menjijikannya aku kemarin yang mempercayai kalimatmu dan berpikir bahwa kau bersungguh-sungguh. Sungguh memalukannya aku yang berakhir lebih sulit melepasmu daripada kamu yang begitu mudahnya melepasku. Ironinya aku mencampakkan dia yang setia menungguku hanya untuk menunggumu sebentar lagi.

Sesulit apa mendapatkanmu? Aku sudah siap berjuang. Asalkan kau ada untukku, aku tidak akan mundur.
    Jika kata 'mundur' tidak tepat menggambarkan apa yang terjadi saat ini, mungkin kata 'lari' adalah yang paling tepat. Benar, kau orangnya pantang mundur setelah maju, tapi mengarah kedepan tidak selalu berjalan; kau berlari. Berlari sebelum aku sempat menggapaimu.

"It started out as any other story
Then the words began to fade away. Remember when you used to make me smile?
But lately I don't feel the same. Are we wasting time
Chasing dreams not yours or mine?
Care for you, I always will."
One Ok Rock - Last Dance

Pinta saja temanmu yang kemarin untuk menemanimu jika kau merasa bosan.
    Ketika kau mengatakan kalimat sederhana namun menyakitkan itu, bukan seperti itu yang aku tangkap, kalimat itu lebih terdengar seperti kau mengatakan "aku tidak bisa lagi menemani harimu seperti biasanya".


Jangan terlalu dalam perasaannya, segala yang berlebihan itu tidak baik
   Berapa ratus kali aku mendengar kalimat "yang berlebihan itu tidak baik", namun tak pernah ada yang semenyakitkan ketika kau mengatakan ini untukku, karena bagiku ini lebih terdengar seperti kau mengatakan : "Berhentilah berharap padaku, aku tidak lagi memiliki rasa yang sama seperti kemarin, lupakan saja lah aku, lupakan segalanya."

Kamu kenapa nanya nya kaya gitu? Kamu kenapa lagi?
   Kau ini memang pandai berkata-kata, pandai berpura-pura, atau memang tidak mengerti situasi? Setelah kau memperlakukan aku selayaknya aku ini tak terlihat, kau hanya membaca pesanku dan tak membalasnya, dan kau ada di sana tapi sama sekali enggan menghubungiku, kau masih mengajukan pertanyaan retorik "Kau kenapa lagi?". Apa menurutmu di sini aku baik-baik saja mendapat perlakuanmu yang seenaknya seperti itu? Apa menurutmu di sini aku tidak memikirkanmu dan memikirkan apa yang ada dalam benakmu tentang aku saat ini? Apa menurutmu disini aku tidak terluka melihat foto senyum bahagiamu dengan yang lain disaat aku di sini dengan konyolnya melihat secara ulang foto kita berdua dan menjadikannya sebagai wallpaper ponselku?


   Seharusnya aku tidak melangkah lebih jauh masuk kedalam hidupmu, atau bahkan seharusnya saat itu aku tak membiarkanmu melangkah lebih jauh masuk ke dalam hidupku.
   Seharusnya aku tetap pada prinsip awalku untuk tidak menerima siapapun saat ini, bukan malah menelan mentah-mentah ucapanku sendiri.
   Seharusnya aku tak membiarkan pertemuan itu terjadi.
   Seharusnya aku tidak dengan mudah mempercayai orang asing seperti kebiasaanku dahulu.
   Seharusnya, aku kembali tak terlihat.

Hari-hari kemarin yang aku anggap indah sudah terjadi, aku tidak bisa menariknya lagi atau pun menghapusnya, akan aku biarkan hari itu terkenang di sini dan akan aku buat hari bersamamu saat itu mati di hatiku.

Aku akan menyimpan perasaanku kepadamu tanpa perlu pengungkapan dan tak perlu kau ketahui lagi.

Aku akan bersikap sebagaimana kau bersikap kepadaku.

Jika yang kau inginkan adalah saling melupakan dan menyudahi ini semua, akan aku lakukan sebagaimana kau melakukannya terlebih dahulu. Setelah tulisan ini selesai, hidupmu akan kembali tenang tanpa mengenal dan melihat aku seperti yang seharusnya terjadi; aku tidak akan menyimpan wajahmu di galeriku lagi, juga tidak akan menyimpan foto kita yang hanya akan membuatku semakin terluka, aku akan menghapus lagu-lagu yang kau kirimkan untukku yang ironinya selalu kudengarkan di setiap kesempatan. Aku pun yakin kau pasti tidak sudi menyimpan wajahku lama-lama di ponselmu, atau mungkin kau telah lebih dulu menghapus fotoku dan foto kita.

Aku tidak akan mengganggumu atau mengusik harimu lagi. Juga aku tak akan membiarkan kau mengusik aku lagi. Seperti kata-kata terakhirmu padaku : kita berjalan di jalan masing-masing saja. Benar, sedari awal memang begitu; aku berjalan di jalanku lalu kau tiba-tiba masuk dan menerobos masuk ke dalam garisku. Dan kini kau bilang mari kita berjalan di jalannya masing-masing? Tch, yang benar saja kawan!

Tetapi jika kau memintaku menunggumu, maka akan aku lakukan. Walaupun aku tidak tahu apa hasil akhir yang aku dapat jika aku menunggumu; bersamamu kelak atau terluka kelak. Aku tidak tahu, tapi aku akan menunggumu Komandan. Setelah tulisan ini kau baca aku hanya akan sedikit menghilang dari pandanganmu, bukan karena aku membencimu atau tak ingin tahu kabarmu, bukan. Aku hanya ingin kita kembali ke semula. Tidak saling tahu lalu bertemu seperti baru, namun membawa perasaan yang lama. Aku juga tidak tahu dan tidak yakin apa kau benar-benar akan menyimpanku di dalam hatimu sampai batas aku menunggumu atau justru malah memusnahkan aku ketika aku sedang menunggumu di sini, aku tidak bisa memastikannya.

Jika suatu saat nanti kau teringat bahwa ada yang sedang menunggumu, kau bisa datang kepadaku kapan saja, kau tahu di mana aku. Datang lah kepadaku untuk mengakhiri penantianku ini; entah memintaku untuk menghapusmu atau memintaku bersamamu. Datang lah suatu hari nanti untuk mengatakan salah satunya, jika kau tak kunjung datang maka penantian berkepanjanganku tidak ada gunanya.

Tak ada setetes pun rasa benci terhadapmu, aku hanya kecewa dan sedikit terluka. Tapi aku akan selalu baik-baik saja. Aku masih mencintaimu dengan segenap hatiku Komandan, aku tidak meminta kau mempercayaiku, aku ingin kau mengetahuinya saja agar tidak hanya aku yang tahu.

Pesanku untukmu : jangan coba-coba memberikan pengharapan kepada seorang wanita di saat kau bahkan belum bisa bertanggung jawab atas ucapanmu sepenuhnya Komandan, wanita itu lemah pada kata-kata, aku berani taruhan kau akan dapat mencuri hati siapapun yang kau inginkan apabila kau memberinya kalimat-kalimat surga seperti yang pernah kau berikan kepadaku. Namun jika kau melakukannya lagi terhadap orang lain, aku pinta kau benar-benar tulus kali itu dan bertanggung jawab atas hati yang telah kau buat terukir namamu di dalamnya. Jangan perlakukan perasaan orang lain sebagaimana kau memperlakukan perasaanku, jangan sia-siakan wanita yang terlihat tak seberapa namun luar biasa ketulusan hatinya. Pegang kata-katamu bahwa kau akan memperlakukan wanita yang kau cinta seperti kau memperlakukan ibumu; cukup aku dan ibumu yang menangis lebih dulu karenamu, kedepannya kau harus membuat wanita yang pernah kau buat menangis itu tersenyum bahagia.

Aku pamit dari hidupmu kini. Maaf aku bersikap dingin, aku hanya berlagak membencimu agar aku tidak terlihat lemah. Jika kau ingat aku jangan lupa do'akan aku, aku di sini akan selalu mendo'akan untuk kebaikanmu. Jika kau rindu aku kau bisa hubungi aku kapan pun kau mau, tidak usah segan, ingat, aku sedang dalam misi menunggumu Komandan.

Selamat berjalan di jalanmu, semoga kau sampai tujuan dengan selamat. Aku menyayangimu setulus hatiku, Komandanku.

You May Also Like

0 komentar