Sajak/Puisi/Cerpen/BarokahPost

BERHARAP

by - Oktober 18, 2019


Adakah yang lebih menakutkan dari berharap?
Sebab aku tak pernah merasakan ketakutan melebihi pengharapan,
Aku telah luruh dan berkali-kali jatuh,
Aku telah terhapus dan berkali-kali hangus,
Aku lelah terus beringsut ke setiap sudut,
Mencari rasa takut dan luka lain.

Aku lima tahun telah ditanam pengharapan luar biasa besar,
Yaitu ketika Mama berkata dia akan kembali, menemuiku, menjemputku, mengajakku bersamanya
Kini harapan darinya telah tumbuh menjadi pohon rindang yang akarnya tak mampu lagi dicabut; dan aku menjadi si dungu yang menunggu mati bersama pengharapannya.

Aku delapan tahun telah ditanam pengharapan luar biasa besar,
Yaitu ketika Ayah menyunggingkan senyumnya dengan posisi terbujur kaku,
Kukira ia menyampaikan padaku bahwa aku mampu bahagia tanpanya,
Namun nyatanya aku tak pernah berhenti terisak sebab kutahu,
 Bahwa satu-satunya yang merasa bahagia adalah dirinya, karena telah meninggalkanku dan terbebas dari beban hidupnya

Aku remaja hidup begitu penuh pengharapan,
Sebab banyak hal yang tak dapat kunikmati dari dua orang yang seharusnya memberikan kebahagiaan,
Namun nyatanya batinku penuh penekanan pada rasa "tahan" dan "sadar"

Aku dewasa terbangun dengan penuh pengharapan,
Sebab setelah lelah berharap pada kenyataan yang acap kali tak mengiyakan,
Aku mencoba menggapai cinta dengan caraku
Namun lagi-lagi aku terlalu berharap mampu menciptakan kebahagiaanku sendiri,
Lagi-lagi aku tak mampu mengatur inginku,
Lagi-lagi pengharapan mencampakkan aku,
Lagi-lagi aku terpasung pilu.

Aku lelah terlalu banyak berimajinasi bagaimana baiknya orang lain akan memperlakukanku seperti aku memperlakukan mereka,
Nyatanya memberi madu tak selalu mendapatkan madu kembali.

Aku lelah karena sering sekali berharap seseorang yang kucintai akan kembali mencintaiku,
Nyatanya bagiku cinta tak semudah itu,
Atau mungkin cinta itu sendiri yang tak mencintaiku?


You May Also Like

0 komentar